F

Nasihat buat Sang ISTERI


Assalamualaikum....

 اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ

Setiap isteri mesti inginkan kesempurnaan dalam alam perkahwinan mereka. Semua isteri..... saya juga tidak terkecuali. Walau apa pun jodoh, ajal maut dan rezeki, semuanya di tangan Allah SWT... siapa lah kita utk berkata apa2...cuma sebagai insan yang serba serbi kekurangan.... kita berdoa dan berusaha agar di temukan dgn pasangan yang akan membawa kita ke Jannah kelak.... dan bagi wanita yg telah ditemukan jodohnya terima jodoh anda seadanya... terima kekurangan dan kelebihan pasangan anda.... manusia ini tidak sempurna maka kehadiran and dan pasangan akan melengkapkan segalanya.

Just sharing this nice article....
Beberapa keselahan isteri terhadap suami.

1. Menuntut keluarga yang ideal dan sempurna
Sebelum menikah, seorang wanita membayangkan pernikahan yang begitu indah, kehidupan yang sangat romantis sebagaimana dibaca dalam novel maupun yang disaksikan dalam drama-drama.

Ia memiliki gambaran yang sangat ideal dari sebuah pernikahan. Keperitan, kepayahan, masalah kewangan, dan segudang masalah di dalam sebuah keluarga luput dari gambarannya. Malah tidak difikirkan sama sekali. Hanya keindahan dan keromatisan yg sering dibayang oleh seorang wanita.

Akhirnya, ketika ia harus menghadapi semua, iaitu realiti sebuah perkahwinan, ianya tidak seperti yg dibayangkan dan akhirnya kurang persediaan yg dibuat. Ianya tidak dapat menerima keadaan,sehingga adakalanya berlarut-larutan, maka si isteri selalu saja menuntut suaminya agar keluarga yang mereka bina sesuai dengan gambaran ideal yang senantiasa ia impikan sejak sebelum bernikah.

Jadi, seorang wanita yang hendak bernikah dan dinikahi oleh pasangan, alangkah baiknya jika ia melihat susuk sebuah perkahwinan dengan pemahaman yang utuh, menyeluruh, keromantisan keluarga beserta permasalahan yang akan dan bakal ada di dalamnya. Terima dan bersedia utk menghadapi dan melalui sekaligus melewati semua perkara itu dengan sebaiknya.

2. Nusyus (tidak taat kepada suami)
Nusyus adalah sikap membangkang, tidak patuh dan tidak taat kepada suami. Wanita yang melakukan nusyus adalah wanita yang melawan suami, melanggar perintahnya, tidak taat kepadanya, dan tidak redha pada kedudukan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah tetapkan untuknya.

Nusyus memiliki beberapa bentuk, diantaranya adalah :
  • Menolak ajakan suami ketika mengajaknya ke tempat tidur, dengan terang-terangan maupun secara samar.
  • Mengkhianati suami, misalnya dengan menjalin hubungan dengan lelaki lain.
  • Membenarkan seseorang yang tidak disenangi suami ke dalam rumah.
  • Lalai dalam melayani suami
  • Membazir dan boros teramat sgt dalam menggunakan duit.
  • Menyakiti suami dengan tutur kata yang buruk, mencela, dan mengejeknya.
  • Keluar rumah tanpa izin suami
  • Menyebarkan dan mencela rahsia-rahsia suami kepada teman-teman atau pun orang lain.
Seorang isteri soleha akan senantiasa menempatkan ketaatan kepada suami di atas segala-galanya. Tentu saja bukan ketaatan dalam kedurhakaan kepada Allah, karena tidak ada ketaatan dalam maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia akan taat pada bila masa pun, dalam situasi apa pun, senang mahu pun susah, lapang mahu pun sempit, suka atau pun duka. Ketaatan isteri seperti ini sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan cinta dan memelihara kesetiaan suami.

3. Tidak menyukai keluarga suami
Terkadang seorang isteri menginginkan agar seluruh perhatian dan kasih sayang sang suami hanya tercurah pada dirinya. Tak boleh sedikit pun waktu dan perhatian diberikan kepada selainnya. Termasuk juga kepada orang tua suami. Padahal, di satu sisi, suami harus berbakti dan memuliakan orang tuanya, terutama ibunya.

Salah satu bentuknya adalah cemburu terhadap ibu mertuanya. Ia menganggap ibu mertua sebagai pesaing utama dalam mendapatkan cinta, perhatian, dan kasih sayang suami. Terkadang, sebagian isteri berani menghina dan melecehkan orang tua suami, bahkan ia tak jarang berusaha merayu suami untuk berbuat durhaka kepada orang tuanya. Terkadang isteri sengaja mencari-cari kesalahan dan kelemahan orang tua dan keluarga suami, atau membesar-besarkan suatu masalah, bahkan tak segan untuk memfitnah keluarga suami.

Ada juga seorang isteri yang menuntut suaminya agar lebih menyukai keluarga isteri, ia berusaha menjauhkan suami dari keluarganya dengan berbagai cara.

Ikatan pernikahan bukan hanya menyatukan dua insan dalam sebuah lembaga pernikahan, namun juga ‘pernikahan antara keluarga’. Kedua orang tua suami adalah orang tua isteri, keluarga suami adalah keluarga isteri, demikian sebaliknya. Menjalin hubungan baik dengan keluarga suami merupakan salah satu keharmonian keluarga. Suami akan merasa tenang dan bahagia jika isterinya mampu memposisikan dirinya dalam keluarga suami. Hal ini akan menambah cinta dan kasih sayang suami.

4. Tidak menjaga penampilan
Terkadang, seorang isteri berhias, berdandan, dan mengenakan pakaian yang indah hanya ketika ia keluar rumah, seperti menghadiri undangan teman-teman, ke pejabat, mengunjungi saudara-mara dan acara lainnya di luar rumah. Keadaan ini sungguh tidak sama ketika isteri di depan suaminya. Isteri tidak peduli dengan tubuhnya yang kotor, cukup hanya mengenakan pakaian seadanya: terkadang kotor, lusuh, dan berbau, rambutnya kusut masai, ia juga hanya mencukupkan dengan aroma dapur yang menyengat.

Jika keadaan ini terus menerus dipelihara oleh isteri, jangan hairan jika suami tidak suka berada di rumah, ia lebih suka menghabiskan waktunya di luar rumah. Semestinya, berdandan dan berhiasa hanya ditujukan kepada suami. Janganlah keindahan yang telah dianugerahkan oleh Allah diberikan kepada orang lain, padahal suaminya di rumah lebih berhak untuk itu.

5. Kurang berterima kasih
Ada ketika seorang suami tidak mampu memenuhi keinginan sang isteri. Apa yang diberikan suami jauh dari apa yang ia harapkan. Isteri tidak puas dengan apa yang diberikan suami, meskipun suaminya sudah berusaha secara maksima untuk memenuhi keperluan keluarga dan keinginan-keinginan isterinya.

Isteri kurang bahkan tidak memiliki rasa terima kasih kepada suaminya. Ia tidak bersyukur atas kurnia Allah yang diberikan kepadanya melalui suaminya. Ia senantiasa merasa sempit dan kekurangan. Sifat qona’ah dan redho terhadap apa yang diberikan Allah kepadanya sangat jauh dari dirinya.

Seorang isteri yang soleha tentunya mampu memahami keterbatasan kemampuan suami. Ia tidak akan membebani suami dengan sesuatu yang tidak mampu dilakukan suami. Ia akan berterima kasih dan mensyukuri apa yang telah diberikan suami. Ia bersyukur atas nikmat yang dikurniakan Allah kepadanya, dengan rasa bersyukur, in sya Allah, nikmat Allah akan bertambah.

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.”

6. Mengingkari kebaikan suami
“Wanita merupakan majoriti penghuni neraka.”

Demikian disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam setelah solat gerhana ketika terjadi gerhana matahari.

Ajaib !! wanita sangat dimuliakan di mata Islam, bahkan seorang ibu memperoleh hak untuk dihormati tiga kali lebih besar daripada ayah. Susuk yang dimuliakan, namun malah menjadi penghuni majoriti neraka. Bagaimana ini terjadi?

“Kerana kekufuran mereka,” jawab Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika para sahabat bertanya mengapa hal itu terjadi. Apakah mereka mengingkari Allah?

Bukan, mereka tidak mengingkari Allah, tapi mereka mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang telah diperbuat suaminya. Andaikata seorang suami berbuat kebaikan sepanjang masa, kemudian seorang isteri melihat sesuatu yang tidak disenanginya dari seorang suami, maka si isteri akan mengatakan bahawa ia tidak melihat kebaikan sedikitpun dari suaminya. Demikian penjelasan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadis yang diriwayatkan Bukhari (5197).

Mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan suami!!

Inilah penyebab banyaknya kaum wanita berada di dalam neraka. Mari kita lihat diri setiap dari kita, kita muhasabah diri, apa dan bagaimana yang telah kita lakukan kepada suami-suami kita?

Jika kita terbebas dari yang demikian, alhamdulillah. Itulah yang kita harapkan. Berita gembira untukmu wahai isteri yang soleha.

Namun jika tidak, kita (sering) mengingkari suami, mengingkari kebaikan-kebaikannya, maka berhati-hatilah dengan apa yang telah diberitahu oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bertaubat,  satu-satunya pilihan untuk terhindar dari pedihnya siksa neraka. Selama matahari belum terbit dari barat, atau nafas telah ada di kerongkongan,  masih ada waktu untuk bertaubat. Tapi mengapa mesti nanti? Mengapa mesti menunggu sakaratul maut?

Janganlah engkau katakan besok dan besok wahai saudariku; kejarlah ajalmu,  bukankah engkau tidak tahu bila engkau akan menemui Robb mu?

“Tidaklah seorang isteri yang menyakiti suaminya di dunia, melainkan isterinya (di akhirat kelak): bidadari yang menjadi pasangan suaminya (berkata): “Jangan engkau menyakitinya, kelak kamu dimurkai Allah, seorang suami bagimu hanyalah seorang tamu yang bisa segera berpisah dengan kamu menuju kami.” (HR. At Tirmidzi, hasan)

Wahai saudariku, mari kita lihat, apa yang telah kita lakukan selama ini , jangan pernah bosan dan berhenti untuk memperbaikki diri,  jangan sampai apa yang kita lakukan tanpa kita sedari membawa kita kepada neraka, yang kedahsyatannya tentu sudah diketahui.

Jika suatu saat, muncul sesuatu yang tidak kita sukai dari suami; janganlah kita mengingkari dan melupakan semua kebaikan yang telah suami kita lakukan.
“Maka lihatlah kedudukanmu di sisinya. Sesungguhnya suamimu adalah syurga dan nerakamu.” (HR.Ahmad)

7. Mengungkit-ungkit kebaikan
Setiap orang tentunya memiliki kebaikan, tidak terkecuali seorang isteri. Yang jadi masalah adalah jika seorang isteri menyebut-nyebut segala  kebaikannya di depan suami dalam rangka mengungkit-ungkit kebaikannya semata-mata.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima).” [Al Baqarah: 264]

Abu Dzar radhiyallahu ‘Anhu meriwayatkan, bahawasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Ada tiga kelompok manusia dimana Allah tidak akan berbicara dan tak akan memandang mereka pada hari kiamat. Dia tidak mensucikan mereka dan untuk mereka adzab yang pedih.”

Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakannya sebanyak tiga kali.” Lalu Abu Dzar bertanya, “Siapakah mereka yang rugi itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang menjulurkan kain sarungnya ke bawah mata kaki (isbal), orang yang suka mengungkit-ungkit kebaikannya dan orang yang suka bersumpah palsu ketika menjual. ” [HR. Muslim]

8. Sibuk di luar rumah
Seorang isteri terkadang memiliki banyak kesibukan di luar rumah. Kesibukan ini tidak ada salahnya, asalkan mendapat izin suami dan tidak sampai mengabaikan tugas dan tanggungjawabnya.

Jangan sampai aktiviti tersebut melalaikan tanggungjawabnya sebagai seorang isteri. Jangan sampai amanah yang sudah dipikulnya terabai.

Ketika suami pulang dari mencari nafkah, ia mendapati rumah belum berselerakan, kain baju bertimbun tidak berlipat, cucian masih menumpuk, hidangan belum siap, anak-anak belum mandi, dan sebagainya. Jika hal ini terjadi terus menerus, jadi suami tidak betah di rumah, ia lebih suka menghabiskan waktunya di luar atau di pejabat atau bersama teman-temannya.

9. Cemburu buta
Cemburu merupakan tabiat wanita, ia merupakan suatu ekspresi cinta. Dalam batas-batas tertentu, dapat dikatakan wajar bila seorang isteri merasa cemburu dan memendam rasa curiga kepada suami yang jarang berada di rumah. Namun jika rasa cemburu ini berlebihan, melampaui batas, tidak mendasar, dan hanya berasal dari dugaan; maka rasa cemburu ini dapat berubah menjadi cemburu yang tercela.

Cemburu yang disyariatkan adalah cemburunya isteri terhadap suami karena kemaksiatan yang dilakukannya, misalnya: berzina, curang, mengurangi hak-haknya, menzaliminya, atau lebih mendahulukan teman-teman atau aktiviti luar dari dirinya. Jika terdapat tanda-tanda yang membenarkan hal ini, maka ini adalah cemburu yang terpuji. Jika hanya dugaan belaka tanpa fakta dan bukti, maka ini adalah cemburu yang tercela.

Jika kecurigaan isteri berlebihan, tidak berdasar pada fakta dan bukti, cemburu buta, hal ini tentunya akan mengundang kekesalan dan kejengkelan suami. Ia tidak akan pernah merasa tenang ketika berada di rumah. Bahkan, tidak menutup kemungkinan, kejengkelannya akan dilampiaskan dengan cara melakukan apa yang disangkakan isteri kepada dirinya.

10. Kurang menjaga perasaan suami
Kepekaan suami mahu pun isteri terhadap perasaan pasangannya sangat diperlukan untuk menghindari terjadinya konflik, kesalahfahaman, dan ketidaksenangan. Seorang isteri hendaknya senantiasa berhati-hati dalam setiap ucapan dan perbuatannya agar tidak menyakiti perasaan suami, ia mampu menjaga lisannya dari kebiasaan mencaci, berkata keras, dan mengkritik dengan cara sinis sekali. Isteri selalu berusaha untuk menampakkan wajah yang ramah, menyenangkan, tidak bermuka masam, dan menyejukkan ketika dipandang suaminya. Dan yang paling penting maaf dan memaafi di antara satu sama lain. Ucapkan kata-kata maaf bukan hanya waktu melakukan kesalahan, tapi setiap hari agar pasangan akan lebih dekat di antara satu sama lain.

Demikian beberapa kesalahan-kesalahan istri yang terkadang dilakukan kepada suami yang seyogyanya kita hindari agar suami semakin sayang pada setiap istri. Semoga keluarga kita menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah.

amin…

0 Responses

Sahabat2ku.......