F

Fatimah Az-Zahra - Puteri Kesayangan Rasullullah s.a.w

Saya berkongsi artikel ini ya......bercerita tentang puteri kesayangan Rasullullah s.a.w ini, saya mmg mengkaguminya.........seorang wanita yg hidup serba sederhana, disayangi oleh ayahandanya....dicintai oleh suaminya dan dibanggakan oleh anak2nya........... Inilah "Wanita Contoh" yg harus dijadikan idola kepada wanita........kasih-sayangnya kepada ayahandanya, ketaatannya kepada suami mmg tidak dpt dibandingkan. Rasullullah s.a.w sgt menyayangi Fatimah.... 


Fatimah adalah bagian dariku, siapa yang menyakitinya berarti menyakitiku, siapa yang membuatnya gembira maka ia telah membahagiakanku.” (Al Hadis) 

Di kalangan suku Quraisy, Fatimah dikenal fasih dan pintar. Ia meriwayatkan hadis dari ayahnya kepada kedua putranya Hasan dan Husein, suaminya Ali bin Abi Thalib, Aisyah, Ummu Salamah, Salma Ummu Rafi’, dan Anas bin Malik.

Kata ‘Fatimah’ berasal dari suku kata ‘Fathama’ yang berarti menyapih atau menghentikan atau menjauhkan. Sebuah riwayat marfu’ menyebutkan, dinamakan ‘Fatimah’ karena Allah Ta’ala menjamin menjauhkan putri bungsu Nabi SAW berikut seluruh keturunannya dari neraka. Riwayat ini diketengahkan oleh al Hafidz ad-Dimasyqi. Sementara riwayat versi an-Nasa-i menyebutkan bahwa Allah Ta’ala akan membebaskan Fatimah beserta orang-orang yang mencintainya dari neraka.


Fatimah juga disebut al-Battul yang berarti memisahkan, karena kenyataannya ia memang terpisah atau berbeda dari wanita-wanita lain sesamanya, baik dari segi keutamaan, agama dan kecantikannya. Ada yang mengatakan, karena ia memisahkan diri dari keduniaan untuk mendekat kepada Allah Ta’ala.


Fatimah Az-Zahra sangat terkenal di dunia Islam, karena hidup paling dekat dan paling lama bersama Nabi Muhammad SAW. Dari dialah keturunan Nabi Muhammad berkembang yang tersebar di hampir semua negeri Islam. Di kalangan penganut syiah, dia dan Ali bin Abi Thalib dianggap sebagai ahlulbait (pewaris kepemimpinan) Nabi Muhammad SAW.


Fatimah dilahirkan di Makkah pada 20 Jumadil Akhir, 18 tahun sebelum Nabi Muhammad hijrah atau di tahun kelima dari kerasulannya. Dia adalah putri bungsu Nabi Muhammad SAW setelah Zainab, Ruqayah dan Ummu Kaltsum. Saudara laki-lakinya yang tertua Qasim dan Abdullah, meninggal dunia pada usia muda.


Setahun setelah hijrah, Fatimah dinikahkan dengan Ali bin bi Thalib. Banyak yang ingin menikahinya kala itu. Maklum saja, selain rupawan, ia adalah perempuan terhormat, anak Rasulullah SAW. Dia pernah hendak dilamar oleh Abu Bakar dan Umar, keduanya sahabat Nabi Muhammad SAW, namun ditolak secara halus oleh Rasulullah SAW.
Sementara itu, Ali tidak berani melamar Fatimah karena kemiskinannya. Namun Nabi Muhammad SAW mendorongnya dengan memberi bantuan sekadarnya untuk persiapan rumah tangga mereka. Maskawinnya sebesar 500 dirham (10 gram emas), sebagian diperolehnya dengan menjual baju besinya. Nabi Muhammad SAW memilih Ali sebagai suami Fatimah karena ia adalah anggota keluarga yang sangat arif dan terpelajar, di samping merupakan orang pertama yang memeluk Islam.


Dari perkawinan Fatimah dan Ali, lahirlah Hasan dan Husein. Keduanya terkenal sebagai tokoh yang meninggal terbunuh di Karbala. Tak lama kemudian lahir berturut-turut: Muhsin serta tiga orang putri, Zaenab, Ummu Kaltsum, dan Ruqoyyah.


Kehidupan rumah tangga Fatimah sangatlah sederhana, bahkan sering juga kekurangan. Beberapa kali ia harus menggadaikan barang-barang keperluan rumah tangga mereka untuk membeli makanan, sampai-sampai kerudung Fatimah pernah digadaikan kepada seorang Yahudi Madinah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka. Namun demikian, mereka tetap bahagia, lestari sebagai suami istri sampai akhir hayat.


Fatimah adalah putri kesayangan Rasulullah SAW. Suatu waktu Nabi Muhammad SAW pernah mengatakan kepada Ali, ”Fatimah adalah bagian dariku, siapa yang menyakitinya berarti menyakitiku, siapa yang membuatnya gembira, maka ia telah membahagiakanku.” Ini dikatakan oleh Rasulullah SAW sehubungan dengan keinginan seorang tokoh Quraisy untuk menikahkan anak perempuannya kepada Ali. Ali tidak menolak tetapi segera dicegah oleh Rasulullah SAW.


Sikap Nabi Muhammad SAW semakin keras ketika Abu Jahal manawarkan anak perempuannya kepada Ali. Nabi Muhammad SAW mengatakan, ”Ceraikan dulu Fatimah jika Ali berniat untuk menikahkannya.” Ini merupakan bukti kuat akan kecintaan Rasulullah SAW kepada putri bungsunya ini. Memang Nabi Muhammad SAW sangat sayang kepada Fatimah. Sewaktu Nabi Muhammad SAW sakit keras menjelang wafatnya, Fatimah tiada hentinya menangis.


Nabi Muhammad SAW memanggilnya dan berbisik kepadanya, tangisannya semakin bertambah, lalu Rasulullah SAW berbisik lagi dan dia pun tersenyum. Kemudian hal tersebut ditanyakan orang kepada Fatimah, dan dia menjawab bahwa dia menagis karena ayahnya memberitahukan kepadanya bahwa tak lama lagi sang ayah akan meninggal, tapi dia tersenyum karena seperti kata ayahnya, dialah yang pertama akan menjumpainya di akhirat nanti.


Fatimah meninggal tak sampai selang setahun dari ayahnya. Diriwayatkan dari Aisyah RA, ”Fatimah wafat setelah enam bulan ayahnya, Rasulullah SAW, tepatnya pada hari Selasa bulan Ramadlan tahun 11 Hijriyah. Fatimah RA wafat dalam usia 28 tahun. Merasa ajal seudah dekat, dia membersihkan dirinya, memakai pakaian yang terbaik, memakai wewangian dibantu oleh iparnya, Asma bin Abi Thalib. Dia meninggal dengan satu pesan; hanya Ali, suaminya, yang boleh menyentuh tubuhnya.” Fatimah adalah seorang wanita yang agung, seorang ahli hukum Islam. Dia adalah tokoh wanita dalam bidang kemasyarakatan, orangnya sangat sabar dan bersahaja, dan akhlaknya sangat mulia”.


Tabloid Jumat Republika.

Poligami Rasulullah Bukan Ayat-ayat Cinta

Hai...satu lg artikel yg saya rasa mesti dibaca dan dikongsikan dgn sahabat....Berkenaan poligami lagi...... ya bila bercakap pasal poligami mmg never ending story kn....tp kita perlu memahami isu poligami ini dengan mata hati yg terbuka.  Islam itu syumul, melihat kepada keperluan umat islam secara keseluruhannya, tetapi tetap ada batasannya… secara realitinya di dlm masyarakat Malaysia, saya melihat banyak kes2 yg mana poligami tidak byk membawa kebaikan malahan mencipta pelbagai masalah, kesan dari salah faham terhadap aspirasi poligami itu dibolehkan…….mungkin di masyarakat lain, lain ceritanya….kalau yg berjaya pun terlalu segelintir....... asalkan namanya poligami ini pasti akan melukakan hati yg dinamakan wanita, jgn ada org yg underestimate perasaan wanita yang tidak mendapat keadilan dan sedih kerana dimadu. Cuba fahami dan selami kehidupan sesetengah dari mereka yg sentiasa makan hati berulam jantung. Even, Rasulullah pun suruh menantunya batalkan perkahwinannya dgn puteri Abu Jahal sbb Fatimah bersedih dan cemburu. Cuba bayangkan kalau seorang suami mempunyai isteri yang mencintai lelaki lain. Apa perasaan suami itu? Nasib baik, Allah haramkan isteri berkahwin lebih? Kalau tak mesti ramai suami yg terjun lombong. Namun apa-apa pun hanya insan yang terpilih sahaja yg diberi "mandat" Poligami ni..... hanya Allah swt sahaja yg maha mengetahui......sekadar pandangan ikhlas saya.




Berdasarkan buku  Bahagiakan Dirimu Dengan Satu Istri oleh Ustaz Cahyadi Takariawan:-
  • Rasulullah berpoligami setelah baginda berumur 53 tahun.
  • Rasulullah bermonogami selama 25 tahun dan berpoligami selama 10 tahun.
  • Rasulullah sentiasa terkenang-kenangkan zaman monogaminya dengan Khadijah sehingga Aisyah cemburu walaupun Khadijah telah lama wafat.
  • Rasulullah pernah membatalkan pertunangan menantunya Saidina Ali (suami Fatimah) dengan puteri Abu Jahal.  Kata Baginda,
“Meragukan aku apa yg meragukan Fatimah dan menyakitiku apa yang menyakiti Fatimah.” (HR. Bukhari dan Muslim). 
  • Anas menceritakan bahawa Aisyah dan Zainab bertengkar sehingga bersuara keras, padahal sudah terdengar azan solat. Abu Bakar lewat dan terdengar suara pertengkaran mereka maka dia berkata, “Keluarlah wahai Rasulullah, dan taburkan tanah ke dalam mulut mereka”. Nabi SAW keluar dan Aisyah berkata, “Sekarang Nabi sedang menunaikan solat.” Abu Bakar datang dan melakukan sesuatu terhadap Aisyah seraya mengecam dengan keras, “Apakah pantas kamu melakukan ini?” (HR. Muslim).
  • Daripada buku Aisyah Keunggulan Sebenar: Kisah di atas diriwayatkan oleh Muslim. Pada suatu malam, Zainab datang ke rumah Aisyah. Pada masa itu, rumah-rumah belum diterangi lampu. Kemudian nabi masuklalu menghulurkan tangannya kepada Zainab tanpa sengaja. Aisyah terus berkata, “Itu Zainab”. Nabi segera menarik tangannya. Aisyah dan Zainab bertengkar dengan nada yang tinggi. Pada masa itu azan juga berkumandang. Abu Bakar yang sedang menuju ke masjid terdengar pertengkaran Aisyah dan Zainab. Abu bakar pun berkata, “Wahai pesuruh Allah, marilah kita ke masjid, lemparkan pasir ke mulut isteri-isterimu.” Nabi Muhammad pun keluar bersembahyang, Aisyah dengan cemas berkata, “selepas pesuruh Allah bersembahyang, mesti Abu bakar akan datang memarahiku.” Selesai sembahyang, Abu bakar benar-benar datang lalu memarahi Aisyah dengan keras, ‘Mengapa anakanda melakukan hal itu kepada pesuruh Allah?”
  • Kisah yang lain di apabila Aisyah cemburukan madunya Zainab binti Jahsi, bahawa Aisyah berkata, “Beliau (Rasulullah) berada di sana melebihi waktu saya maka saya cemburu.” Aisyah kemudiannya berunding dengan Hafshah bahawa siapa saja isteri Nabi yang didatangi baginda, beliau harus mengatakan, “Sesungguhnya aku mencium bau maghafir (getah manis yg baunya tidak enak) padamu, apakah engkau habis minum maghafir?” Maka setiap isteri baginda berjumpa baginda, mereka akan bertanyakan soalan yang sama. Nabi berkata, “Tidak apa-apa, saya tadi minum madu di rumah Zainab dan saya tidak akan mengulanginya lagi.” Maka turunlah ayat Allah: (At-Tahrim: 1-4)

Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yg Allah halalkan bagimu: kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepadamu sekalian membebaskan diri dari sumpahmu dan Allah adalah Pelindungmu dan Dia Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahsia kepada salah seorang isterinya (Hafshah) secara peristiwa. Maka tatkala (Hafshah) menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Aisyah memberitahu hal itu (perbicaraan Hafshah dan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad memberitahu sebahagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan sebahagian yg lain (daripada Hafshah).
Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan perbicaraan (antara Hafshah dan Aisyah) lalu (Hafshah) bertanya, “Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?” Nabi menjawab, “Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah yg Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Jika kamu berdua (Aisyah dan Hafshah) bertaubat kepada Allah maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (utk menerima kebaikan), dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik, dan selain itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula.

  • Kisah Nabi Ibrahim iaitu kebencian Sarah terhadap Hajar sehinggakan Nabi Ibrahim terpaksa membawa lari dan meninggalkan Hajar di kawasan yang terpencil, jauh dari Sarah. Ibnu Abbas menceritakan, “Perempuan yg mula-mula mengenakan minthaq (pengikat pinggang) adalah Ummu Ismail (Hajar). Ia memakai minthaq untuk menghilangkan jejaknya terhadap Sarah.” (HR. Bukhari)
KESIMPULANNYA:
  • Rasulullah berpoligami bukan untuk tujuan cinta atau seks dan nafsu. Baginda berpoligami setelah berumur 53 tahun dan semua isteri Baginda merupakan janda dan balu kecuali Aisyah. (Ada juga ulama mengatakan Maryam, seorang wanita mesir juga salah seorang isteri Nabi. Beliau seorang perawan dan melahirkan seorang anak, namun anak Nabi tersebut meninggal ketika bayi).
  • Anak-anak Rasulullah dibesarkan dalam suasana monogami. Ini satu fakta yang majoriti kita terlepas pandang akan hikmah dan rahsianya. Hanya Fatimah sahaja yg masih hidup sehingga waktu Rasulullah berpoligami. Itupun Fatimah sebenarnya seusia dgn Aisyah (sudah dewasa) ketika itu.
  • Kisah di atas menunjukkan para Ummul Mukminin juga wanita biasa yg mempunyai perasaan yang fitrahnya ada sifat cemburu. Allah sama sekali tidak memadamkan sifat sebenar mereka daripada al-Quran utk kita ambil iktibar. Jika para Ummul Mukminin yang mulia mempunyai sifat sedemikian, bagaimana pula kita? Adakah kita mampu elakkan semua sifat-sifat wanita fitrah kita?
  • Begitu juga tatkala Rasulullah pada asalnya cuba memujuk isteri baginda masa bila baginda berjanji untuk tidak akan ke rumah Zainab lagi, tetapi telah ditegur dan dinasihati oleh Allah SWT. Bayangkan Rasulullah sendiri membuat kesilapan tetapi mempunyai Allah dan para malaikat untuk memberi petunjuk secara terus dan telus. Siapa pula yang mampu menegur kita?
  • Rasulullah juga mencegah poligami tatkala Fatimah bersedih setelah mengetahui beliau akan dimadukan (tidak kena sebab berpoligami-mengundang kesedihan Fatimah). Maka, sudah tentu Rasulullah tidak redha dengan mana-mana poligami yang salah atau tidak kena tujuannya. Kesedihan isteri pertama untuk dimadukan tidak boleh diperkecil-kecilkan.
  • Disebut di dalam Quran, poligami Rasulullah di 10 tahun pemerintahan baginda yang penuh dengan peperangan dan penjajahan kawasan di mana pada zaman ini ramai janda dan balu. Tetapi, di dalam al-Quran dan Hadis tidak ada secara literal menyarankan atau menggalakkan poligami hanya disebabkan jumlah wanita ramai secara umum.
Marilah kita berfikir sejenak…

Poligami: Payung Emas dan Mitosnya???

Ermmmmm...... mcm suka sgt pasal artikel poligami ni yer....sbnrnya bkn apa supaya ilmu ini dapat dikongsikan dan secara tidak langsung dpt menhilangkan terus keraguan dan kekeliruan oleh kaum lelaki dan wanita dan juga org2 yg bkn beragama Islam...... Saya mengumpulkan artikel2 ini .........so saya rangkumkan di sini.....Moga bermanfaat....


Payung emas : mitos orang lama mengambar hadiah yang diperolehi di akhirat nanti  kepada isteri yang ikhlas mengizinkan suami berpoligami.


A. Poligini/Poligami Ditinjau dr Aspek Agama
Hukum poligini sudah jelas menurut Islam. Dasar penetapan hukum ini berdasarkan firman Allah; surat al-Nisa', ayat 3: "فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنْ النِّسَاءِ مَثْنَى وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ فَإِنْ خِفْتُمْ أَنْ لَا تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً" yg berarti "Mk kawinlah perempuan-perempuan (lain) yg kamu senangi, dua, tiga atau empat, seumpama kamu takut tidak berlaku adil mk (kawinlah) satu". Selain dr itu, terdpt sebuah hadis yg memperkuat hukum poligini, yaitu hadis Rasulullah yg bersabda pada sahabat yg masuk Islam akan ttp dia memiliki 10 istri: "أمسك أربعا وفارق سائرهنا" yg berarti "simpanlah empat (dr istrimu) dan ceraikanlah selebihnya (dr istrimu)".
Setelah meneliti kedua dasar tersebut, ulama dan para sahabat memberi sebuah konsensus bahwa jumlah maximal diperbolehkan untuk berpoligini bagi seorang lelaki adlh 4. Ini disebabkan oleh hadis yg ditujukan pada sahabat Ghîlan yg menegaskan untuk menceraikan 6 istrinya dan menyimpan 4 yg lain seperti yg tertulis di atas.

Ttp, hukum boleh di sini tidak mutlak. Krn yg diperbolehkan berpoligini hanyalah bagi orang yg memang benar-benar mampu bersikap adil, krn adil adlh wajib secara syar'i.  Bagi yg tidak mampu bersikap adil, mk hukum berpoligini adlh haram, krn sesuatu yg membawa pada perkara yg haram, mk sesuatu tersebut dihukumi haram juga.

Adil yg dimaksud di sini adlh adanya seorang suami tersebut harus melengkapi empat perkara terhadap istri-istrinya dgn sama rata. Empat perkara tersebut adlh (1) giliran meniduri (2) nafkah dr segi mknan dan minuman (3) pakaian (4) tempat tinggal. Ini adlh pendpt mayoritas ulama kecuali Syafi'iyyah. Menurut Syafi'iyyah; adanya adil di sini bukan "sama rata", akan ttp, yg dimaksud adlh adanya nafakah yg diberi seorang suami pada istri-istrinya harus sesuai dgn kebutuhan yg umum. Seperti contoh, istri pertama (a) memerlukan alat transportasi untuk menghantar dan menjemput anak-anaknya ke sekolah, sedangkan istri kedua (b) belum memiliki anak. Mk seorang suami wajib memberi alat transportasi kpd istri (a), sedangkan istri (b), seorang suami tidak berkewajiban memberi alat transportasi. Jadi, kalau menurut mayoritas ulama, seumpama seorang suami memberi sesuatu seperti contoh mobil kpd salah satu istri-istrinya, mk wajib baginya untuk memberi mobil kpd istri-istrinya yg lain. Menurut Syafi'iyyah pula, kalau istri (A) memerlukan mobil untuk kebutuhannya, sedangkan istri (b) tidak memerlukannya, mk wajib bagi si suami memberi hanya pada istri (a) sedangkan istri (b) tidak wajib diberi, akan ttp disunnahkan untuk memberi kpd kedua istrinya.
Adapun permasalahan cinta dan hubungan sexual, itu tidak diharuskan bersikap adil. Dgn kata lain, seorang suami tidak wajib bersikap adil untuk masalah cinta dan kebutuhan biologis, krn cinta itu adlh sesuatu yg tidak dpt dipilih, akan ttp adlh sebuah perkara yg sudah dipastikan Allah. Ini berdasarkan firman Allah surat al-Nisa' ayat 129: " وَلَنْ تَسْتَطِيعُوا أَنْ تَعْدِلُوا بَيْنَ النِّسَاءِ وَلَوْ حَرَصْتُمْ" yg berarti "Dan sekali-kali kamu tidak akan dpt berlaku adil di antara istri-istrimu walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian" yaitu adil dlm hal syahwat al-Qalbi dan cinta. Rasulullah SAW saja paling sayg dgn Siti Aisyah RA, akan ttp beliau tetap mampu bersikap adil bersama istri-istri beliau dlm hal yg diwajibkan seperti yg telah disebutkan di atas. Beliau bersabda "اللَّهُمَّ هَذَا قَسْمِي فِيمَا أَمْلِكُ , فَلَا تَلُمْنِي فِيمَا تَمْلِكُ وَلَا أَمْلِكُ" yg berarti: "Wahai Tuhanku inilah pembagian hal-hal yg aku miliki, mk janganlah Engkau menyiksaku dlm hal-hal yg Engkau miliki dan tidak aku miliki" yakni cinta dan kebutuhan sexual.

B. Poligini; Tinjauan Aspek Sosial
Dr segi tinjauan sosial, poligini adlh sebuah hal yg positif dlm beberapa hal. Hal positif yg pertama adlh adanya dunia ini didominasi perempuan sebanyak 2/3, sedangkan lelaki hanya berjumlah 1/3. Seumpama lelaki diharuskan hanya memiliki 1 orang istri, mk 1/3 perempuan yg lain tidak diketahui nasibnya. Statistik inilah yg menjadi hikmah dr penetapan syari'at Islam yg memperkenankan lelaki untuk berpoligini. Seumpama 1/3 dr perempuan yg tidak mendpt jodoh ini dibiarkan, mk prostitusi dan perselingkuhan akan menjadi sebuah budaya, krn semua orang memerlukan pasangan untuk melampiaskan gairah sexsualnya. Ini juga sudah menjadi bukti. Lihat saja di negara barat yg melarang poligini seperti Amerika Serikat dan Inggris, anak yg dihasilkan melalui hubungan yg diluar nikah setiap harinya bertambah banyak. Menurut penelitian, di Prancis jumlah anak luar nikah mencapai 30 dr 100 anak. Di Munich mencapai 40 dr 100 anak, sedangkan di Brussel mencapai 60 dr 100 anak.  Hanya dgn poliginilah, stabilitas statistik dpt diraih.

Di samping kebutuhan ekonomi, memiliki banyak anak juga dianjurkan di dlm Islam. Ini sesuai dgn hadis Rasulullah SAW "تَنَاكَحُوا تَنَاسَلُوا تَكْثُرُوا فَإِنِّي مُبَاهٍ بِكُمْ الْأُمَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ". Memiliki banyak anak juga dpt memperkuat agama, krn sekarang banyak sekali misionaris kristen yg berusaha untuk melakukan pemurtadan terhadap orang Islam. Poligini dpt digunakan agar umat Islam bertambah dan kukuh dlm membentengi pengaruh-pengaruh kristen. Hikmah lain dr memiliki banyak anak adlh diharapkan anak tersebut dpt mendoakan orang tuanya pada waktu ajal menimpa mereka kelak. Baygkan kalau seseorang memiliki 10 anak, mk ada sepuluh orang yg akan sering mendoakannya setelah dia meninggal. Ini juga dikuatkan dgn hadis " إذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إلَّا مِنْ ثَلَاثٍ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ مِنْ بَعْدِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ" yg berarti "apabila seorang anak Adam meninggal, mk terputuslah amalannya kecuali 3, yaitu sedekah jariyah, ilmu yg bermanfa'at bagi orang setelahnya dan anak sholih yg mendoakannya".

Menurut penelitian di lapangan, terdpt seorang istri yg dinikahi seorang suami yg sudah memiliki istri sebelumnya (yg bersangkutan menjadi istri yg kedua). Yg bersangkutan, secara pribadi tidak setuju dgn poligini, krn menurutnya; perhatian sang suami tidak sepenuhnya untuk dia. Akan ttp, krn faktor ekonomi, yg bersangkutan tetap saja menikahi suami yg sudah beristri itu. Bukan hanya ekonomi, faktor prihatin juga ada. Menurut keterangannya, suaminya itu belum memiliki anak dr istri yg pertama. Faktor biologis juga menjadi dorongan menerima poligini, krn melihat drpada berzina, alangkah indahnya berpoligini. Kesimpulannya, poligini juga dpt dijadikan solusi sosial seperti yg diterangkan walaupun perempuan tersebut tidak siap untuk berpoligini.

C. Poligini: Tinjauan Aspek Psikologi
Poligini dpt menjadi solusi bagi keraguan dan ketakutan akan perbuatan yg dilarang agama. Allah berfirman, surah al-Isra' ayat 32 "وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا" yg berarti "Janganlah kamu semua mendekati zina; sesungguhnya zina itu adlh suatu perbuatan yg keji. Dan suatu jalan yg buruk". Biasanya, perasaan seperti ini terdpt pada istri-istri yg sholihah.
Alasan mengapa monogami dpt membawa kpd perzinaan adlh, seorang lelaki diciptakan Allah dlm keadaan yg suka untuk berhubungan sexual. Mereka terkadang tidak kuasa menunggu beberapa hari untuk melakukan hubungan sexual pada waktu istrinya sedang haid. Hanya dgn poliginilah seorang suami itu dpt melampiaskan gairah sexualnya ke jalan yg benar. Istri kedua dpt menjadi solusi agar dia selamat dan terhindar dr perzinaan.

Poligini juga dpt menjadi solusi bagi pasangan yg istrinya lebih tua dr sang suami. Menurut penelitian, bagi kebanyakan perempuan yg mengalami menopause , pasti mengalami penurunan daya sexual . Sedangkan lelaki, mulai mengalami penurunan daya sexual biasanya pada umur 80 tahun. Melihat kebiasaan perempuan yg mengalami menopause pada umur 50, mk dpt diambil kesimpulan bahwa lelaki akan mengalami kesulitan untuk menjalin hubungan sexual dgn pasangannya sekitar 30 tahun lamanya. Mk kemungkinan terjadinya perselingkuhan adlh sangat besar .


Penentuan sebuah perkara itu baik atau buruk, tidak dpt dilihat dr segi perasaan yg terdpt di dlm diri seseorang. Ia haruslah ditentukan dgn konsep teologis dan filosofis. Orang bisa saja menganggap kebebasan mutlak itu sebuah perkara positif (seperti perjuangan HAM dan emansipasi yg diperjuangkan para aktifis modernis yg mendpt didikan Amerika). Akan ttp agama secara tegas diturunkan agar manusia mengikuti kode etik yg benar.  Menurut al-Asy'ari; manusia tidak akan bisa menentukan yg baik dan buruk, melainkan Allah.  Malahan, di dlm kitab 'Uqûd al-Lujjayn fî Bayâni Huqûq az-Zawjayn, karangan Syaikh Nawawi al-Jawi ada menceritakan seorang perempuan yg memiliki suami, sedangkan suaminya berpoligini tanpa sepengetahuannya. Akan ttp, krn perempuan tersebut adlh wanita yg sholihah, mk dia ridha setelah dia tahu kalau suaminya itu memilih untuk berpoligini. Pada saat suaminya itu meninggal, perempuan tersebut sampai menyisihkan separuh dr harta warisnya dan memberikan kpd istri yg kedua.  Ini adlh bukti bahwa, di dunia ini, sebuah ideologi itu terbentuk dgn pendidikan. Apakah muslim sekarang ini ingin meniru pemikiran barat yg tujuannya adlh untuk menghilangkan ketaqwaan kpd Allah dan membawa kpd kebebasan mutlak tanpa batas yg jelas tidak didasari nilai-nilai moral dan religius?  Ataukah muslim sekarang tetap berjuang memegang Alquran sebagai kalam Allah yg menjadi petunjuk bagi seluruh umat? Yg jelas, walau bagaimanapun usaha barat dlm menghancurkan ideologi muslim, poligini tetap berupa perbuatan yg mulia dan sebuah perkara yg indah menurut Islam

Namun, tidak pula kedapatan hadith-hadith sahih mengenai ganjaran wanita yang mengizinkan suami berpoligami diberikan payung emas di syurga.

Bagi wanita solehah yang ta'at kepada suami, faham akan kebenaran agama terhadap poligami dan bersabar diatas kerenah suami, sudah tentu akan mendapat ganjaran daripada Allah swt.

Sudah tentu ganjaran yang terbaik bagi seorang isteri adalah balasan syurga. Dialam sebuah hadith Nabi saw bersabda :-

إذا صلت المرأة خمسها وصامت شهرها وحصنت فرجها وأطاعت زوجها قيل لها : ادخلي الجنة من أي أبواب الجنة شئت
"Jika seorang wanita menunaikan solat 5 waktu, puasa bulan bulannya (Ramadhan), mengawal kemaluannya dan ta'at kepada suaminya, akan dikatakan kepadanya : Masuklah ke Syurga dari mana-mana pintu yang anda kehendaki" [Hadith Ibn Hibban].

Allah swt amat suka kepada hamba-hambanya yang bersabar dan akan memberi ganjaran kepadanya. Segala dugaan, rintangan, kekecewaan yang di hadapi dengan redha, Allah swt tidak mensia-siakan hambanya Dari Abu Hurairah ra., Nabi saw bersabda :-

ما يصيب المسلم من نصب ولا وصب ولا هم ولا حزن ولا أذى ولا غم حتى الشوكة يشاكها إلا كفر الله بها من خطاياه‌
"Tidak ada kesukaran, penyakit, kekecewaan, luka, dugaan yang menimpa orang Islam, sehinggakan sekeping duri yang mencucuk dia, Allah swt akan mengkifarahkan baginya kesalahan-kesalahan". [Hadith Riwayat al-Bukhari #5642, Muslim #2573]

Didalam hadith yang lain, Nabi saw bersabda :-

ما يزال البلاء بالمؤمن والمؤمنة في نفسه وولده وماله حتى يلقى الله و ما عليه خطيئة
"Bala' akan terus menimpa orang yang beriman baik lelaki dan wanita, pada diri mereka, anak-anak mereka dan harta-harta mereka, sehingga dia bertemu Allah tanpa ada dosa keatasnya" [Hadith Riwayat al-Tirmudzi #2399]

Demikianlah ganjaran umum kepada seseorang isteri yang membenarkan suaminya berpoligami, cuma tidak terdapat hadith-hadith yang khusus seperti ganjaran payung emas dsb. WA.

Pemakaian gelang berloceng di kaki/tangan

Saya ingin berkongsi tentang artikel ini yg mana perkara seperti ini kita dpt  lihat hari2 dalam kehidupan kita..... mgkn kita  rasakan ianya tidak salah kerana semua itu adalah perhiasan yg dibolehkan oleh wanita untuk memakainya, namun tidaklah dalam kadar yg berlebih-lebihan........namun apabila menyebut tentang gelang kaki/tangan berloceng, ada hukum yg perlu kita patuhi kerana sesungguhnya Al-Quran dn Sunnah adalah panduan  hidup kita sebagai manusia di muka bumi ini.  Ramai di antara kita (wanita)  yang beriman tetapi tidak mengetahui akan kesilapan yang mereka lakukan. Semoga Allah s.w.t. senantiasa tunjuk kita jalan yang lurus, (iaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. Bukankah ini yang kita baca setiap kali mendirikan solat 5 waktu?
Moga dengan artikel  ini, maka dapat kita saling ingat mengingati….... 

 
Pada asasnya pemakaian gelang hukumnya harus sahaja, selagi mana ianya bertujuan untuk kebaikan dan tidak mendatangkan maksiat dan fitnah. Kebaikan yg dimaksudkan ini perlu dilihat dari beberapa sudut, siapa, apa, dimana, bagaimana dan niat pemakaiannya. Misalnya, kaum lelaki tak boleh pakai gelang kerana menyerupai wanita, hanya wanita ada keharusan. Keharusan ini pula bergantung kepada tujuan dan niat, misalnya orang melayu jarang memakai gelang di kaki sebaliknya orang India terutamanya di India gemar memakainya gelang berloceng yang disebut 'silver kolusu' (gelang kaki yg berloceng) dan metti (gelang jari kaki yang berloceng) dan merupakan suatu kebudayaan serta keperluan dalam masyarakat tersebut. Contohnya, wanita yang mula mengandung digalakkan memakai gelang loceng di kali agar diketahui gerak-gerinya oleh isi rumah spt ibu mertua & suaminya. Hatta jika wanita ini tidur lama pada posisi suatu bahagian akan diketahui dari ketidakhadiran bunyi loceng kaki tadi dalam tidur dan akan ditegur agar dia mengalih ke badan ke bahagian posisi yang lain. Ini bertujuan utk menjaga kesihatan bayi dalam kandungan. Jika didapati agak lama tidak kedengaran bunyi menunjukkan wanita tersebut berada berjauhan atau mungkin sudah jatuh pengsan dimana-mana penjuru rumah atau bilik, dan mereke akan mula mencari untuk memastikannya terutama jika suaminya tidak bersama-sama.

Pemakaian gelang loceng diluar rumah adalah suatu larangan dalam syarak bagi kaum hawa yang beriman kepada Allah s.w.t. Malah sepotong ayat al-Qur'an sendiri merujuk khusus tentang gelang kaki yang mengeluarkan bunyi-bunyian bila dihentak. Firman Allah yang bermaksud;

"Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman supaya menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara kehormatan mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka kecuali yang zahir daripadanya; dan hendaklah mereka menutup belahan leher bajunya dengan tudung kepala mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka melainkan kepada suami mereka, atau bapa mereka atau bapa mertua mereka atau anak-anak mereka, atau anak-anak tiri mereka, atau saudara-saudara mereka, atau anak bagi saudara-saudara mereka yang lelaki, atau anak bagi saudara-saudara mereka yang perempuan, atau perempuan-perempuan Islam, atau hamba-hamba mereka, atau orang gaji dari orang-orang lelaki yang telah tua dan tidak berkeinginan kepada perempuan, atau kanak-kanak yang belum mengerti lagi tentang aurat perempuan; dan janganlah mereka menghentakkan kaki untuk diketahui orang akan apa yang tersembunyi dari perhiasan mereka; dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, supaya kamu berjaya." [Quran An-Nur, 24: 31]

Wanita-wanita di zaman Jahiliyah mempunyai amalan memakai gelang kaki berloceng dan bilamana mereka berjalan di lorang-lorang, mereka akan menghentakkan kaki mereka agar bunyi gelang ini didengar oleh kaum lelaki, dengan itu ia menarik perhatian dan pandangan lelaki jatuh terhadapnya. Ia sekaligus merupakan babak-babak untuk "menghampiri zina" yang dilarang oleh Allah dalam firmannya;  
"Dan janganlah kamu menghampiri zina, sesungguhnya zina itu adalah satu perbuatan yang keji dan satu jalan yang jahat (yang membawa kerosakan)" [Quran Surah Al-Israa',17: 32]

Seorang wanita muslimah yang berakhlak mulia dan beriman kepada Allah, tidak memakai gelang loceng bila keluar dari rumah atau bila berhadapan dengan lelaki ajnabi (yg halal kahwin), kerana bunyi-bunyian adalah halwa telinga yang memberi rangsangan shawat lelaki sebagaimana wangi-wangian menjadi halwa hidung bagi tujuan yang sama. Begitu juga mata dan anggota tubuh yang lain masing-masing berperanan besar dalam membangkitkan ghairah kaum adam.
 

Menurut Rasulullah saw; 


Sesungguhnya Allah telah menetapkan atas diri anak keturunan Adam bagiannya dari zina.  Dia mengetahui yang demikian tanpa dipungkiri.  Mata itu bisa berzina, dan zinanya adalah pandangan. Lidah itu bisa berzina dan zinanya adalah perkataan.  Kaki itu bisa berzina dan zinanya adalah ayunan langkah. Tangan itu bisa berzina dan zinanya adalah sentuhan. Hati bisa berzina dengan keinginan dan angan-angan. Baik kemaluan membenarkan yang demikian itu atau mendustakannya.”


(H.R. Bukhari, Muslim, An-Nasai, dan Abu Dawud).





Dengan ini wanita muslimah yang beriman dilarang memperlihatkan 'perhiasan' bilamana keluar rumah, ini termasuklah perhiasan tubuh badan dan pemakaian pakaian yang menarik perhatian seperti pakaian yang tidak menutup aurat dengan sempurna, bertudung tapi baju dan seluar ketat, memakai wangi-wangian dll. Sebuah hadis lain menyebut mata boleh berzina bila seorang wanita memakai minyak wangi dan melalui khalayak ramai;




"Seorang wanita yang memakai minyak wangi lalu lewat di tengah-tengah kaum (laki-laki) dengan maksud agar mereka menghidu bau harumnya maka wanita itu adalah pelacur" (HR. An-Nasaa'i).

Manakala bagi kaum lelaki Nabi s.a.w. adalah sebagaimana menasihatinya kepada Ali r.a. “Wahai Ali, janganlah engkau susuli pandangan dengan pandangan lagi, karena yang pertama menjadi bagianmu dan yang kedua bukan lagi menjadi bagianmu (dosa atasmu)” (H.R. Ahmad, Tirmidzi, dan Abu Dawud).

Maka dari sinilah timbul konsep menutup aurat yang sempurna bagi wanita termasuk pemakaian purdah/nikap dan sebagainya sebagaimana kesungguhan dan ketaatan mereka terhadap firman Allah dalam surah An-Nur ayat 31 di atas. Jadi dapatlah dibuat kesimpulan bahawa pemakaian perhiasan yang menarik perhatian lelaki termasuklah gelang berloceng adalah haram sekalipun kebanyakan kaum hawa mungkin suka dan gemar memakainya diluar rumah. Nah, muslimah yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, bilamana mereka mengetahui akan larangan ini, adalah terlebih utama mereka bersegera menyahut panggilan iman dan segera kembali kepada al-Quran dan sunnah - dengan itu hiduplah nilai-nilai al-Quran dalam jiwa mereka sebagai bukti keimanan mereka terhadap al-Quran, insyaallah di akhirat nanti al-Quran akan menjadi pelindung seluruh anggota tubuh mereka dari bahang api neraka ketimbang mereka menyerupai wanita-wanita pelacur lagi jahil yang mengaku beriman dimulut tetapi fasiq (paavigal - menimbun dosa).


Di dalam Al-Quran terdapat banyak larangan dan amaran berkenaan perhiasan wanita ini. Mari lihat tafsir kepada ayat 31 surah an-Nur:
وقوله تعالى {ولا يضربن بأرجلهن} الاَية, كانت المرأة في الجاهلية إذا كانت تمشي في الطريق وفي رجلها خلخال صامت لا يعلم صوته, ضربت برجلها الأرض, فيعلم الرجال طنينه, فنهى الله المؤمنات عن مثل ذلك, وكذلك إذا كان شيء من زينتها مستوراً فتحركت بحركة لتظهر ما هو خفي دخل في هذا النهي لقوله تعالى: {ولا يضربن بأرجلهن} إلى آخره ومن ذلك أنها تنهى عن التعطر والتطيب عند خروجها من بيتها ليشتم الرجال طيبها, فقد قال أبو عيسى الترمذي: حدثنا محمد بن بشار, حدثنا يحيى بن سعيد القطان عن ثابت بن عمارة الحنفي, عن غنيم بن قيس, عن أبي موسى رضي الله عنه, عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال «كل عين زانية والمرأة إذا استعطرت فمرت بالمجلس فهي كذا وكذا» يعني زانية, قال وفي الباب عن أبي هريرة: وهذا حسن صحيح, رواه أبو داود والنسائي من حديث ثابت بن عمارة به.
Berkata Allah SWT: “Dan janganlah mereka menghentak kami mereka….”. Pada zaman jahilliah, ketika wanita-wanita itu melalui jalan-jalan atau lorong-lorong, di kaki mereka mempunyai gelang dan tiada sesiapa yang dapat mengetahui (mendengar) bunyinya, maka mereka menghentakkan kaki mereka ke bumi supaya orang-orang lelaki dapat mendengar bunyi gelag itu. Allah SWT melarang wanita beriman daripada hal seperti itu. Begitu juga jika ada sesuatu hiasan yang tersembunyi, dan perempuan itu menggerak-gerakkannya untuk menzahirkan apa yang tersembunyi padanya, maka ia termasuk di dalam larangan ini: “ Dan janganlah menghentak-hentakkan kaki mereka…hingga akhir ayat. [Tafsir Ibn Kathir]
{ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ } أي: لا يضربن الأرض بأرجلهن، ليصوت ما عليهن من حلي، كخلاخل وغيرها، فتعلم زينتها بسببه، فيكون وسيلة إلى الفتنة.
“ Dan janganlah menghentak-hentak kaki mereka supaya diketahui apa yang disembunyikan daripada perhiasan mereka”. Maksudnya: Janganlah dihentak-hentak bumi dengan kaki mereka supaya berbunyi perhiasan mereka, seperti gelang-gelang kaki dan lain-lain. Dan oleh sebab itu (hentakan kaki tersebut), diketahui perhiasannya, maka ia menjadi wasilah kepada fitnah. [Taisir al-Karim ar-Rahman, asy-Sheikh as-Sa’di]

Kesimpulan: ayat surah an-Nur:31 menunjukkan larangan menghentak-hentakkan kaki ke bumi kerana ia akan menyebabkan perhiasan yang tersembunyi seperti gelang kaki diketahui oleh lelaki-lelaki bukan mahram. Maka, jika setakat memakai gelang kaki sahaja, tidaklah mengapa selagi mana tidak dihentak-hentakkan kaki hingga bunyinya didengari hingga lelaki-lelaki bukan mahram mengetahui ada perhiasan di dalamnya. Akan tetapi dalam kes memakai gelang kaki yang berloceng, kesnya berbeza. Walaupun kaki tidak dihentak-hentakkan, apabila wanita tersebut bergerak, berjalan dan lain-lain, maka bunyinya masih terhasil dan ia termasuk di dalam larangan di dalam ayat ini. Ini kerana yang menjadi punca larangan bukanlah kerana menghentak kaki, akan tetapi larangan tersebut adalah kepada ‘pengzahiran’ perhiasan yang tertutup. Wallahua’alam.

sumber: http://soaljawab.wordpress.com

Kemuliaan Insan Agung - Saidatina Khadijah r.a

Artikel ini tentang Wanita Idola sy....rasa bersalah kalau tidak dikongsikan kepada sahabat2....ramai yg kenal dan mmg tahu akan wanita mulia ini.........   ingin menjadi seperti "Wanita" ini walaupun mgkn tidak sesempurna beliau.......sebenarnya byk lagi cerita pasal "Wanita Agung" ini.....tapi artikel ini ringkas dn padat.... Bacalah ya.

Setelah berkahwin dengan Nabi Muhammad s.a.w, mereka telah memperoleh 7 org anak pula iaitu Zainab, Ruqayyah, Ummu Kalthum, Fatimah r.a, Qasim, Tayyab dan Tahir. 

Sesungguhnya Khadijah r.a. merupakan nikmat Allah yang besar bagi Rasulullah s.a.w. Khadijah mendampingi Nabi s.a.w selama seperempat abad,  berbuat baik kepadanya di saat beliau gelisah, menolongnya di waktu-waktu yang sulitmembantunya dalam menyampaikan risalahnya, ikut serta merasakan penderitaan yang pahit pada saat jihad dan menolongNya dengan jiwa dan hartanya Rasulullahs. a.w bersabda
"Khadijah beriman kepadaku ketika orang- orang mengingkari. Dia membenarkan aku ketika orang-orang mendustakan. Dan dia memberikan hartanya kepadaku ketika orang-orang tidak memberiku apa-apa. Allah mengaruniai aku anak darinya dan mengharamkan bagiku anak dari selain dia."

 [HR. Imam Ahmad dalam "Musnad"-nya, 6/118] Diriwayatkan dalam hadith shahih, dari Abu Hurairah r.a., dia berkata :

"Jibril datang kepada Nabi s.a.w, lalu berkata :"Wahai, Rasulullah, ini Khadijah telah datang membawa sebuah wadah berisi kuah, makanan atau minuman. Apabila dia datang kepadamu,
sampaikan kepadanya salam dari Tuhan-nya dan beritahukan kepadanya tentang sebuah rumah di syurga, (terbuat) dari mutiara yang tiada suara ribut di dalamnya dan tiada kepayahan." [Shahih Bukhari, Bab Perkawinan Nabi s.a.w dengan Khadijah dan Keutamaannya, 1/539]. 

Khadijah, menurut riwayat Ibnul Atsir dan Ibnu Hisyam adalah seorang wanita pedagang yang mulia dan kaya. Beliau sering mengirim orang kepercayaannya untuk berdagang. Ketika mendengar kabar tentang kejujuran Nabi s.a.w. dan kemuliaan akhlaknya. Khadijah mencoba memberi amanat kepada Nabi s.a.w. dengan membawa dagangannya ke Syam (sekarang Palestina, Syria, Lebanon, dan Yordania). 

Khadijah membawakan barang dagangan yang lebih baik dari apa yang dibawakan kepada orang lain. Dalam perjalanan dagang ini Nabi s.a.w. ditemani Maisarah, seorang kepercayaan Khadijah. Muhammad s.a.w. menerima tawaran ini dan berangkat ke Syam bersama Maisarah meniagakan harta Khadijah. Dalam perjalanan ini Nabi s.a.w berhasil membawa keuntungan yang berlipat ganda, sehingga kepercayaan Khadijah ra. bertambah terhadapnya. 

Selama perjalanan tersebut Maisarah sangat mengagumi akhlak dan kejujuran Nabi s.a.w.. Semua sifat dan perilaku tersebut dilaporkan Maisarah kepada Khadijah. Khadijah tertarik pada kejujurannya, dan ia pun terkejut oleh keberkatan yang diperolehnya dari perniagaan Nabi s.a.w. Kemudian Khadijah menyampaikan hasratnya untuk menikah dengan Nabi s.a.w. dengan perantaraan Nafisah binti Muniyah. Nabi s.a.w. menyetujuinya, kemudian Nabi menyampaikan hal itu kepada paman-pamannya. Setelah itu, mereka meminang Khadijah untuk Nabi s.a.w. dari paman Khadijah, Amr bin Asad. Ketika menikahinya, Nabi berusia dua puluh lima tahun, sedangkan Khadijah berusia empat puluh tahun. 

Mengenai kedudukan dan keutamaan Khadijah dalam kehidupan Nabi s.a.w., sesungguhnya ia tetap mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisi Rasulullah sepanjang hidupnya. Telah disebutkan di dalam riwayat Bukhari dan Muslim, bahwa Khadijah adalah wanita terbaik pada zamannya. 

Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahawa Ali ra pernah mendengar Rasulullah bersabda : 'Sebaik-baik wanita (langit) adalah Maryam binti Imran, dan sebaik-baik wanita (bumi) adalah Khadijah binti Khuwailid'. 

Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan dari Aisyah ra, ia berkata : 'Aku tidak pernah cemburu kepada isteri-isteri Nabi s.a.w kecuali kepada Khadijah, sekalipun aku tidak pernah bertemu dengannya. Adalah Rasulullah ketika menyembelih kambing, ia berpesan, 'Kirimkan daging kepada teman-teman Khadijah'. Pada suatu hari aku memarahinya, lalu aku katakan, 'Khadijah?' Kemudian Nabi bersabda,'Sesungguh nya aku telah dikurniai cintanya'. 

Ahmad dan Thabrani meriwayatkan dari Masruq dari Aisyah ra, ia berkata : 'Hampir tidak pernah Rasulullah keluar rumah sehingga menyebut Khadijah dan memujinya. Pada suatu hari Rasulullah menyebutnya, sehingga menimbulkan kecemburuanku. Lalu aku katakan, 'Bukankah ia hanya seorang tua yang Allah telah menggantikannya untuk kakanda orang yang lebih baik darinya?' Kemudian Rasulullah marah seraya bersabda, 'Demi Allah, Allah tidak menggantikan untukku orang yang lebih baik darinya. Dia beriman ketika orang-orang ingkar, dia membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku, dia membela dengan hartanya ketika orang-orang menghalangiku, dan aku dikaruniai Allah anak darinya, sementara aku tidak dikaruniai anak sama sekali dari isteri lainnya'. 

Sehubungan dengan pernikahan Rasulullah s.a.w. dengan Khadijah, kesan yang pertama sekali diperolehi dari pernikahan ini ialah, bahwa Rasulullah sama sekali tidak memperhatikan faktor kesenangan jasadiah. Seandainya Rasulullah sangat memperhatikan hal tersebut, sebagaimana pemuda seusianya, nescaya beliau mencari orang yang lebih muda, atau orang yang tidak lebih tua darinya. Nampaknya, Rasulullah menginginkan Khadijah kerana kemuliaan akhlaknya diantara kerabat dan kaumnya, sampai ia pernah mendapatkan julukan 'Afifah Thahirah' (wanita suci) pada masa jahiliyah. 

Pernikahan itu berlangsung hingga Khadijah meninggal dunia pada usia enam puluh lima tahun, sementara itu Rasulullah telah mendekati lima puluh tahun, tanpa berfikir selama masa ini untuk menikah dengan wanita atau gadis lain. 

Oleh : Dr. Muhammad Sa'id Ramadhan Al-Buthy 

Diriwayatkan oleh Ibnu Sayyidin-Nas dalam 'Uyunul Atsar, Ibnu Hajar dalam al-Ishabah dan lainnya. Kata ganti di dalam kata nisa'iha seperti ditunjukkan oleh riwayat Muslim kembali kepada langit untuk yang pertama (Maryam) dan kepada bumi untuk yang kedua (Khadijah). Berkatalah ath-Thaibi: kata ganti yang pertama kembali kepada umat di masa Maryam hidup., yang kedua kembali kepada umat ini. Lihat Faithul Bari, 7/91. Muttafaq 'Alaih, lafazh ini bagi Muslim (Sumber : Sirah Nabawiyah, Analisis Ilmiah Manhajiah Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rasulullah s.a.w).

Poligami: Antara hukum, adat dan emosi

Artikel ini sy kongsikan bersama sahabat semua ya....bacalah...
Topik yg sungguh digemari oleh kaum lelaki dan tidak berapa disenangi oleh kaum wanita...mgkn. Anyway artikel ini bertujuan untuk memberi pemahaman kepada individu yg tersalah faham akan poligami ini terutamanya bagi org yg bkn beragama Islam. Kebanyakan  org yg bkn beragama islam memberi tanggapan bahawa Islam adalah agama yg menganiayai wanita kerana membenarkan poligami ini. Ada sebab musabab kenapa Islam membenarkan poligami ini. Islam mengharuskan poligami atas beberapa sebab:-
- Suami mempunyai dorongan nafsu syahwat yg luar biasa sehinggakan isteri tidak dpt memenuhi keinginannya.
- Keadaan isteri yg sentiasa uzur dan sakit
- Membela kaum wanita yg menjadi balu atau janda setelah suami gugur dalam berjihad menegakkan agama Allah.
- Isteri tidak melahirkan zuriat atas sbb2 kesihatan

Pada masa skrg ni poligami telah disalahertikan kerana ada segelintir org2 Islam sendiri terutama yg lelaki menjadikan poligami ini seperti keperluan dalam kehidupan lah pulak. Sebelum ingin berpoligami dan menerima poligami, fahami dulu apa dia poligami, kenapa mengapa ianya dibenarkan....... Contohi Rasullullah  s.a.w....fahami kenapa Rasullullah s.a.w mengamalkan poligami ini. Namun sebelum itu contohi juga akhlak Rasullullah..... Lihat diri kita di mana keperluan kita untuk berpoligami.... Dan harus direnungkan juga sepanjang perkahwinan Rasullullah s.a.w dgn Saidatina Khadijah r.a, baginda tidak pernah berpoligami walaupun poligami dibenarkan pada masa itu..... selepas kewafatan Saidatina Khadijah r.a, barulah baginda mengamalkan poligami ini. Renungkanlah juga ayat Al-Quran di dalam surah An Nisa' ayat 3, Allah berfirman yang bermaksud:







" Dan jika kamu takut tidak dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bila mana kamu mengahwininya), maka kahwinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi; dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan berlaku adil, maka kahwinilah seorang sahaja, atau budak-budak yang kamu miliki (hamba sahaya). Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya."


Ini adalah pendapat sy sahaja.......



 Artikel :Oleh Idris Musa
Seorang ustaz membacakan kitab di masjid memberitahu jemaah, Islam mengharuskan poligami. Justeru, lelaki yang berkemampuan boleh berkahwin lebih daripada satu.

Namun, di sebalik itu, media memaparkan pelbagai pertubuhan bukan kerajaan (NGO) terutama yang berkaitan dengan wanita membantah poligami.

Polemik antara hukum agama, adat dan emosi manusia nyata memberi kekeliruan kepada sebahagian umat Islam, apatah lagi mereka yang baru berjinak-jinak dengan Islam.

Apakah pantas hukum yang dibenarkan Allah boleh dicantas oleh mulut manusia hanya sekadar mahu membela atau menjaga hak asasi wanita?

Apakah buruk sangat poligami sehingga wanita begitu 'jijik' dan meluat apabila ada golongan lelaki menyebut istilah itu?

Keharusan poligami jelas terkandung dalam al-Quran tetapi segelintir umat Islam sukar menerimanya sehingga menganggap ia 'jerat kehidupan'.

Islam satu-satunya agama di bumi yang membenarkan poligami secara bersistem manakala agama dan fahaman lain tidak, malah masyarakat bukan Islam melihatnya sebagai menindas golongan wanita.

Tetapi, hairanlah apabila membabitkan aktiviti persundalan, menyimpan wanita dan gejala sosial, ia seperti satu restu.

Poligami adalah perkataan Greek (http://en.wikipedia.org/wiki/Polygamy), merujuk kepada perkahwinan seorang lelaki dengan lebih seorang isteri dan dalam Islam, ia dibenarkan sehingga empat isteri dalam suatu masa.

"Maka berkahwinlah dengan sesiapa yang kamu berkenan dari perempuan dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu bimbang tidak dapat berlaku adil, maka (berkahwinlah dengan) seorang sahaja atau (kahwinilah) hamba-hamba perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat supaya kamu tidak melakukan kezaliman." (Al-Quran, surah an-Nisa': Ayat 3)

Pada zaman Jahiliyah, poligami berlaku tanpa batasan dan ketika itu lelaki mempunyai ramai isteri, malah ada yang mempunyai ratusan isteri.

"Apabila Ghailan ats-Tsaqafi memeluk Islam, dia mempunyai 10 isteri. Maka Nabi s.a.w berkata kepadanya: Pilihlah dari isteri-isterimu itu empat orang saja dan ceraikanlah yang selebihnya itu."

Riwayat ini dikeluarkan oleh Imam Syafie, Imam Ahmad, Tarmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Abu Syaibah, Daruqutni dan Baihaqi, seperti diterangkan dalam kitab Halal dan Haram Dalam Islam, karya Dr Yusuf al-Qardawi.

Pihak yang membantah poligami perlu faham, ia hukum agama. Justeru, apabila berbicara atau memberi pendapat, mereka perlu berhati-hati.

Walaupun Islam membenarkan poligami, bukanlah bermakna ia boleh diamalkan sesuka hati, sehingga mengakibatkan kezaliman di pihak wanita.

Al-Qardawi dalam kitab terbabit menjelaskan, syarat yang ditetapkan Islam mengenai poligami ialah berlaku adil terhadap dua isterinya atau lebih dalam makan minum, pakaian, rumah, tempat tidur dan nafkahnya.

"Barangsiapa yang tidak yakin dirinya dapat menunaikan hak-hak itu, haramlah baginya berkahwin lebih dari seorang isteri," katanya.

Menurut seorang ulama Amerika Utara, Syeikh Muhammad Nur Abdullah, poligami dibenarkan Islam dan bukannya untuk disalah guna.

"Ia hanya dibenarkan kepada sesiapa yang mampu melayani semua isterinya dengan adil dan saksama," katanya melalui laman Islamonline.

Nabi Muhammad s.a.w bersabda, maksudnya: "Barangsiapa yang mempunyai dua orang isteri, lalu dia condong kepada yang satu dari yang lain, nanti dia datang di hari kiamat dengan menyeret sebelah lambungannya dalam keadaan senget atau berat sebelah." (Riwayat Ashabussunan, Ibnu Hibban dan Hakim)

Condong sebelah yang diancam dalam hadis itu ialah disebabkan keremehan terhadap hak isteri-isteri, bukannya kerana kecenderungan hati kepada mereka kerana kecenderungan hati tidak dikategorikan dalam keadilan.

Al-Qardawi berkata, di antara lelaki ada yang kuat keinginannya untuk mendapatkan keturunan tetapi dia dikurniakan seorang isteri yang tidak dapat melahirkan anak kerana penyakit atau mandul (tidak dapat melahirkan anak).

Justeru, lebih baik si suami berkahwin lagi kepada seorang wanita yang bakal memberikannya zuriat supaya keturunannya kekal tetapi harus mengekalkan akad isteri pertama dan menjamin haknya.

"Ada pula lelaki yang kuat keinginan gharizahnya, bergejolak nafsu seksnya, akan tetapi dia dikurniai seorang isteri yang lemah nafsunya atau menghidap penyakit atau datang haid untuk tempoh yang panjang.

"Bagaimanapun, suaminya tidak sanggup menanggung nafsu untuk bersama isterinya, apakah tidak wajar dia berkahwin dengan seorang wanita yang halal baginya daripada dia meraba wanita yang jalang dan haram buatnya," katanya.

Menurutnya, ada ketika bilangan wanita lebih ramai daripada lelaki, seperti selepas perang dan dari itu timbul maslahat masyarakat dan wanita sendiri agar mereka lebih baik dimadukan daripada hidup tanpa kasih sayang suami.

Penceramah bebas, Ahmad Shukri Yusof, berkata masyarakat Islam jangan menolak keharusan poligami menggunakan emosi kerana ia soal hukum.

"Soal hukum tidak perlu dibincangkan dan dipolemikkan apatah lagi membabitkan emosi.

"Kita harus membincangkan bagaimana untuk berlaku adil, bukannya hanya pandai mengatakan poligami itu tidak adil," katanya.

Bagaimanapun, beliau berpendapat tidak perlu menubuhkan kelab untuk menggalakkan poligami.

Amalan poligami adalah ubat bagi menangani masalah umat manusia. Oleh kerana kebaikan itu, Islam memutuskan ia suci.

"Dan siapa lagi yang hukumnya lebih baik daripada hukum Allah, bagi kaum yang menyakini." (Al-Quran, surah al-Maidah:50)

Tetapi peraturan suci lagi baik inilah yang ditolak oleh Barat dan konconya, sehingga ia kelihatan janggal untuk bertapak di dalam masyarakat Islam sendiri, manakala norma yang bukan-bukan mendapat tempat pula.

Poligami dilarang di sisi undang-undang di sesetengah negara Muslim yang tidak mengamalkan undang-undang Islam dalam peraturan perkahwinan, seperti Azerbaijan, Bosnia, Tunisia dan Turki (http://en.wikipedia.org/wiki/Polygamy).

Menurut sumber itu, dalam dunia moden Islam, amalan poligami lazimnya diamalkan di negara yang mengamalkan ajaran Islam sejati seperti Arab Saudi, Timur dan Barat Afrika seperti di Sudan yang diberikan galakan oleh presiden kerana tingginya populasi wanita.

"Di antara 22 negara ahli Liga Arab, Tunisia melarang poligami. Bagaimanapun, ia tidak dipersetujui kebanyakan negara Arab yang menerima pengaruh barat dan sekular seperti Syria, Mesir, Morocco dan Lubnan."

Menurut Ahli Majlis Fiqah Amerika Utara, Sheikh Muhamad al-Hanooti, realitinya susah untuk mendapati seorang daripada 10,000 Muslim yang berkahwin lebih daripada seorang isteri.

"Dalam masyarakat bukan Islam, lebih daripada 65 peratus lelaki yang berkahwin mempunyai hubungan dengan lebih dua, tiga dan empat wanita, bahkan 45 peratus wanitanya mengadakan hubungan di luar perkahwinan.

"Mereka menerima perzinaan, tetapi tidak menerima alternatif untuk mengangkat martabat manusia melalui poligami."

Di Malaysia, menurut portal Jabatan Kemajuan Islam Malaysia, dalam undang-undang keluarga Islam, poligami dibenarkan dengan syarat suami hendaklah mendapat kebenaran bertulis daripada Mahkamah Syariah terlebih dahulu.



Rulings that apply Only to Women duringHajj

Sahabat semua....... memandangkan musim haji menjelang tiba, maka sy ada artikel yg dpt dikongsikan bersama terutamanya untuk kaum wanita. Moga dapat dijadikan panduan.... insyaallah. Artikel ini diberikan oleh salah seorang sahabat.....
 


"Your Jihad is Hajj"
Some women are ignorant of the fact that Hajj is obligatory for them; some know that but they procrastinate until death takes them unawares and they have failed to go for Hajj; and some of them do not understand any of the rituals so they do things that are haraam and may even invalidate their Hajj without realizing.
Allaah is the One Whose help we seek. 
 
Hajj is a duty that Allaah has enjoined upon His slaves, it is the fifth pillar of Islam and it is the jihad of women, as the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) said to Aaishah (may Allaah be pleased with her): “Your jihad is Hajj.�
Narrated by al-Bukhaari. 

There follows some advice and the rulings that apply specifically to women who want to do Hajj. These are things that will help to make your Hajj acceptable, and an accepted Hajj, as the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) said, “brings no less a reward than Paradise.â€� Agreed upon. 


1 – Sincerity towards Allaah is a condition of any act of worship, including Hajj, being valid and acceptable. So be sincere towards Allaah in your Hajj and beware of showing off, for showing off invalidates good deeds and brings punishment. 


2 – Following the Sunnah and doing actions in accordance with the teachings of the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) is the second condition of actions being valid and acceptable, because the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) said, “Whoever does any action that is not in accordance with this matter of ours, will have it rejected.â€� Narrated by Muslim. 

This means that you should learn the rulings of Hajj according to the Sunnah of the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him), with the help of useful books which are based on saheeh evidence from the Qur’aan and Sunnah. 


3 – Beware of major and minor shirk (association of others with Allaah), and of sin in all its forms. Major shirk means that a person goes beyond the pale of Islam, his good deeds are rendered invalid and that he is exposed to punishment. Minor shirk means that a persons good deeds are rendered invalid and he is exposed to punishment. Sin means that he is exposed to punishment. 


4 – It is not permissible for a woman to travel for Hajj or for any other purpose without a mahram, because the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) said: “No woman should travel without a mahram.â€� Agreed upon. 

The mahram is the husband or any man whom a woman is forever forbidden to marry because of blood ties or radaaah (ties that result from breastfeeding) or ties through marriage. This is one of the conditions of Hajj being obligatory for women. If a woman does not have a mahram to travel with her, then she does not have to do Hajj


5 – A woman may enter ihraam in whatever clothes she likes, black or any other colour, so long as she avoids wanton display (tabarruj) or clothes of fame and vanity such as tight, see-through, short, thin or decorated clothes. Women must also be careful to avoid clothes that resemble the clothes of men or the kuffaar. 

Hence we know that there is no evidence for the practice of some of the common folk of choosing a specific colour for women to wear in ihraam, such as green or white; rather this is a kind of bidah (innovation) .





6 – After forming the intention for ihraam, it is haraam for the muhrimah (woman in ihraam) to put on any kind of perfume, whether on the body or clothes. 


7 – It is haraam for the muhrimah to remove any hair from her head or body by any means, and to clip the nails. 


8 – It is haraam for the muhrimah to wear the burqa or niqaab (kinds of face-veils), and to wear gloves, because the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) said: “Women (during Hajj) should not wear niqaab or gloves.â€� Narrated by al-Bukhaari. 


9 – The muhrimah should not uncover her face or hands in front of non-mahram men using the excuse that the niqaab and gloves are among the things that are forbidden in ihraam, because they can cover their faces and hands with anything such as their clothes, scarves, etc.

Umm al-Mumineen Aaishah (may Allaah be pleased with her) said: “The riders used to pass by us when we were with the Messenger of Allaah (peace and blessings of Allaah be upon him) in ihraam. When they came alongside us we would lower our jilbaabs from our heads over our faces, and when they had passed by we would uncover them.â€�  Narrated by Abu Dawood and classed as saheeh by al-Albaani in Hijaab al-Mar’ah al-Muslimah.


10 – Some women, when they enter ihraam, put something like a turban or clips on their heads, so that no part of the khimaar or jilbaab will cover their faces. This is going to trouble for which there is no need, because there is nothing wrong with the cover touching the face of the muhrimah. 





11 – It is permissible for the muhrimah to wear a shirt, pants, socks on the feet, gold bangles and rings, watches, etc, but she should cover her adornments in front of non-mahram men during Hajj and at other times. 


12 – Some women, if they pass the meeqaat with the intention of doing Hajj or Umrah and happen to be menstruating, do not enter ihraam, thinking that it is a condition of ihraam to be free of menstruation. So they pass the meeqaat without entering ihraam.

This is an obvious mistake, because menstruation does not mean that a woman cannot enter ihraam. So a menstruating woman should enter ihraam and do everything that other pilgrims do, apart from tawaaf around the Kabah. She should delay tawaaf until she becomes pure (i.e., until her period ends). If she delays ihraam and passes the meeqaat without entering ihraam, then she has to go back and enter ihraam from the meeqaat; if she does not go back then she has to offer a sacrifice because she failed to do something that was obligatory upon her. 


13 – If a woman fears that she may not be able to complete the rituals of Hajj, she may stipulate a condition when entering ihraam by saying, “If I am prevented (from completing Hajj), then I will exit ihraam at the point at which I am prevented.â€� Then if something happens to prevent her from completing Hajj, she will exit ihraam and there will be no blame on her. 


14 – Remember the actions of Hajj: 

(i)                When the day of al-Tarwiyah comes, which is the eighth day of Dhul-Hijjah, do ghusl and enter ihraam, and recite the Talbiyah, saying, “Labbayka Allaahumma labbayk,
labbayka laa shareeka laka labbayk.
Inna al-hamd wa’l-ni’mata laka wa’l-mulk,
laa shareeka lak 

(Here I am, O Allaah, here I am. Here I am,
You have no partner, here I am.
Verily all praise and blessings are Yours, and all sovereignty,
You have no partner).�


(ii)              Go out to Mina, and pray there Zuhr, Asr, Maghrib, Isha and Fajr, shortening the four-rakah prayers to two rakahs without joining them.


(iii)            When the sun rises on the ninth day of Dhul-Hijjah, go to Arafah, and pray Zuhr and Asr there, shortened and joined at the time of Zuhr. Stay in Arafah making duaa, remembering Allaah, beseeching Allaah and repenting, until sunset.


(iv)            When the sun sets on the ninth day, go from Arafah to Muzdalifah, and pray there Maghrib and Isha shortened and joined. Stay there until Fajr prayer, and strive hard after Fajr in dhikr, duaa and conversing with Allaah, until it has become very light.


(v)              Set out from Muzdalifah to Mina before the sun rises on the day of Eid. When you reach Mina, do the following:

a.      Stone Jamrat al-Aqabah with seven pebbles, and say Takbeer (“Allaahu akbarâ€�) with each throw.

b.     Slaughter the hadiy (sacrifice) after the sun has risen.

c.     Cut a fingertip length from each side of your hair (approximately two centimeters) .

d.     Go back to Makkah and do tawaaf al-ifaadah, and do the saai of Hajj between al-Safa and al-Marwah, if you are doing tamattu, or if you are doing ifraad or qiraan but you did not do saai after the tawaaf of arrival.

(vi)            Stone the Jamaraat on the 11th, 12th and 13th of Dhul-Hijjah, after the sun has passed its zenith, if you want to delay departure; or on the 11th and 12th only if you want to leave sooner. You must also stay in Mina on those nights.

(vii)          If you want to go back to your country, then do the farewell tawaaf; this will conclude the actions of Hajj. 


15 – Women should not recite the Talbiyah out loud, rather they should say it quietly so that only they and the women next to them can hear it and so that non-mahram men cannot hear it, lest that cause fitnah (temptation) and attract attention. The time for reciting the Talbiyah starts from after entering ihraam for Hajj and lasts until one stones the Jamrat al-Aqabah on the Day of Sacrifice. 





16 – If a womans period begins after she has done tawaaf and before she does saai, she should complete the rest of the rituals and do saai even if she is menstruating, because tahaarah (purity) is not essential for saai. 

17 – It is permissible for a woman to use pills to delay menstruation to enable her to perform the rituals of Hajj, subject to the condition that this will not cause her harm. 


18 – Beware of crowding with men in all the rituals of Hajj, especially during tawaaf and at the Black Stone and the Yemeni Corner, during saai and when stoning the Jamaraat. Choose times when there is less crowding.

Umm al-Mumineen Aaishah (may Allaah be pleased with her) used to do tawaaf in an area away from the men, and she did not touch the Black Stone or the Yemeni Corner if there was crowding. 


19 – Women do not have to walk quickly (raml) during tawaaf or jog (rakd) during saai. Raml means walking quickly in the first three circuits of tawaaf, and rakd means jogging between the two green markers in every circuit of saai. These actions are Sunnah for men only. 


20 – Beware of this small book which contains innovated duaas, such as a specific duaa for each circuit of tawaaf and saai for which there is no evidence from the Quraan and Sunnah. It is prescribed to recite duaa during tawaaf and saai however one wishes, for the best in this world and in the Hereafter. If the duaa is one that is narrated from the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him), that is even better. 





21 –A woman who is menstruating can read books of duaa and dhikr that are prescribed in shareeah, even if they contain verses of Quraan. It is also permissible for her to recite Quraan without touching the Mus-haf. 


22 – Beware of uncovering any part of your body, especially in places where men could see you, such as public wudoo areas. Some women do not care about men being close to such areas and they uncover during wudoo things that it is not permissible to uncover, such as the face, forearms and calves. They may even take off their headcovers, thus uncovering their heads and necks. All of that is haraam and is not permissible, because it causes a great deal of fitnah (temptation) to them and to men. 


23 – It is permissible for women to leave Muzdalifah before dawn, because the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) allowed some women, especially those who were weak, to leave Muzdalifah after the moon had set at the end of the night. That was so that they could stone Jamarat al-Aqabah before it became crowded.

In al-Saheehayn it is narrated from Aaishah (may Allaah be pleased with her) that Sawdah (may Allaah be pleased with her) asked the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) on the night of Muzdalifah for permission to leave before it became too crowded, because she was a heavy woman, and he gave her permission.


 24 – It is permissible to delay stoning the Jamrah until the night, if the womans guardian thinks that the crowding is too great around Jamrat al-Aqabah and that this may pose a danger to the women who are with him. So it is permissible to delay their stoning of the Jamrah until the crowding is less or has stopped, and there is nothing wrong with them doing that. 

The same applies with regard to stoning of the Jamaraat during the three days of Tashreeq, when women can stone them after Asr, which is the time when the crowding is a lot less, as is well known. If that is not possible then there is nothing wrong with them delaying it until the night. 


25 – Beware of the following point: it is not permissible for a woman to allow her husband to have intercourse with her or to be intimate with her so long as she has not yet exited ihraam completely.

This exiting ihraam is achieved when three things take place: 

(i)               Stoning Jamarat al-Aqabah with seven pebbles.

(ii)              Cutting the length of a fingertip from all ends of the hair, which is approximately 2 centimeters.

(iii)            Doing the tawaaf of Hajj (tawaaf al-ifaadah). 

        Once a woman has done these three things it is permissible to do all the things that were forbidden to her during ihraam, including intercourse. If she has only done two of them then it is permissible for her to do anything apart from intercourse. 






26 – It is not permissible for a woman to show her hair to non-mahram men whilst she is cutting the ends of her hair, as many women do at the Masaa (place of saai), because the hair is awrah and it is not permissible to show it to any non-mahram men. 


27 – Beware of sleeping in front of men. This is what we see many women doing who do Hajj with their families without a tent or anything to conceal them from the eyes of men, so they sleep in the streets or on the sidewalks, and under elevated bridges, and in Masjid al-Kheef, amongst men or close to men. This is one of the greatest evils which must be put a stop to. 


28 – Women who are menstruating or bleeding following childbirth do not have to do the farewell tawaaf. This is one of the allowances that shareeah makes to women. Women who are menstruating can go back to their families even if they have not done the farewell tawaaf, so give thanks to Allaah for this allowance and blessing.

Sahabat2ku.......